Translate

Minggu, 23 Februari 2014

[FanFict] Sweet New Year


Tittle                      : Sweet New Year

Author                  : Double C

Cast                       : EXO Kai (Kim Jong In), Park Jihyun (OC)

Genre                   : Fluff (?)

Length                  : Ficlet

Rate                       : T

Disclaimer           : Kai milik Tuhan, SM Ent, dan keluarganya. Plot dan alur murni pemikiran author.

Author’s note    : Annyeong chingus.. Chee is back! Ini fanfict pertama yang berhasil aku selesaikan dan aku publish. Ya, anggep aja ini fanfict debut(?) ahaha. Maaf soal ceritanya yang jelek atau apapun itu. Cerita ini murni dari hasil imajinasi author, so don’t copy this story without my permission. Happy reading and comment juseyo ^^

Warning               : Feel nggak dapet, cerita standart, and maybe typo(s).

Jihyun terus mengubah posisi tidurnya. Ia sangat bosan berada di kamarnya. Ini adalah malam tahun baru dan Jihyun sama sekali tidak memiliki acara apapun malam ini. Oh, yang benar saja, haruskah dia melewatkan malam tahun baru dengan tiduran di kamarnya? Kau bisa bayangkan sendiri betapa membosankannya hal itu untuk remaja seumurannya.

Ponsel Jihyun berdering tanda panggilan masuk, Kai. Rumah mereka bersebelahan, balkon kamar Jihyun juga menghadap langsung ke balkon kamar Kai. Kadang mereka bisa mengobrol hingga larut malam dari balkon masing-masing sampai tetangga meneriaki mereka karena kebisingan.

“Yeoboseyo” Jihyun menerima telefon sambil berjalan kea rah balkon kamarnya. Tak sulit untuk indera penglihatannya menangkap Kai yang tengah berdiri sambil menempelkan ponsel di tangannya.

“Kau sedang apa?” tanya Kai. Mereka tidak mematikan sambungan telefonnya.

“Kau bisa lihat sendiri kan, aku sedang menerima telefon darimu.” jawab Jihyun seadanya.

“Ini malam tahun baru.” kata Kai.

“Aku tidak bodoh, Kai.”

‘’Kau tidak ada acara?” Jihyun menghela nafasnya lalu menggeleng. Tidak usah dijawab, toh Kai juga bisa melihat gelengannya.

“Mau ke sungai Han?” tanya Kai lagi.

Jihyun tampak berpikir, “Bagaimana ya?” . Sebenarnya dalam hati Jihyun sangat senang karena setidaknya malam tahun barunya tidak untuk tiduran di kamar saja.

“Kalau tidak mau juga tidak apa-apa.” kata Kai sambil berbalik menuju kamarnya.

“Aku mau!” Kai hanya tersenyum menang mendengar jawaban Jihyun.

-Sweet New Year-

Ya, disinilah mereka sekarang, berjalan di sekitar sungai Han. Pemandangan disini sangat indah, mereka bisa melihat cahaya-cahaya lampu yang berpadu dari puluhan gedung pencakar langit. Cahaya dari  mobil-mobil yang melewati jembatan sungai Han juga turut menyumbangkan keindahan.

Sungai Han cukup ramai mengingat ini adalam malam pergantian tahun. Udara dingin yang melanda tidak menyurutkan niat pengunjung sungai Han –termasuk Jihyun dan Kai- untuk melihat ribuan kembang api yang biasanya akan dinyalakan jam 12 tepat untuk menyabut tahun baru. Kembang api yang akan meramaikan langit malam Seoul akan terlihat sangat menakjubkan dari sini.

Masih kurang lebih 2 jam lagi sebelum waktu menunjukkan pukul 12 tepat. Jihyun menoleh pada Kai, “Aku mau coklat panas.” ungkapnya.

“Yasudah, beli saja sana.” kata Kai enteng.

“Traktir aku.”

“Naega wae?”

“Karena kau yang mengajakku kemari, jadi kau yang traktir. Itu teorinya.”

“Cih, teori macam apa itu?” protes Kai.

“Teori Park Jihyun! Sudahlah, ayo. Di café yang itu, Chococheese Cake di sana sangat enak.” Jihyun menggandeng ah, tepatnya menyeret Kai menuju café yang ia maksud tanpa persetujuan Kai tentunya.

Tak lama kemudian mereka sudah duduk manis di dalam café sambil menikmati pesanan masing-masing. Mereka sama-sama memesan Hot Chocolate, bedanya Jihyun juga memesan Chococheese Cake-yang katanya sangat enak- dan Kai lebih memilih brownies dengan kacang almond di atasnya.

“Kai-ah, kau harus mencobanya. Ini benar-benar lezat.” Jihyun menyodorkan Chococheese Cake nya pada Kai.

“Tidak mau.”

“Ayolah, buka mulutmu. Aaa~” Jihyun tetap menyuruh Kai untuk mencobanya. Akhirnya dengan agak ragu Kai pun menyantap potongan cake yang disuapkan Jihyun itu.

“Nah, anak pintar. Bagaimana? Enak kan?” tanya Jihyun kemudian setelah Kai mengunyah cakenya.

“Biasa saja.” jawab Kai datar.

“Hh, harusnya aku tahu akan seperti ini. Menyebalkan.” gumam Jihyun sambil cemberut lalu dengan kasar menghabiskan cake miliknya. Sedangkan Kai hanya menatap gadis di depannya itu, merasa cara makannya saat ia marah adalah hal yang lucu. Mulutnya yang ia isi penuh sampai pipinya menggelembung membuat Kai terkekeh pelan.

“Hei, Ji..” panggil Kai.

“…”

“Ya, Ji!”

“Wae!” jawab Jihyun ketus.

“Kau marah?”

“Ani!” Kai tersenyum. Benar, Jihyun marah.

“Mianhae.” ucap Kai tulus. Jihyun mendongak ke arah Kai. “Cakenya enak, sangat enak.” lanjutnya dengan senyuman di akhir kalimat.

“Okay, apologize accepted, Mr. Kim.” Jihyun tersenyum.

“Kenapa dulu kau ingin sekali berteman denganku, Ji?” pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Kai.

Jihyun menghela nafas, ia mencoba membuka memori bertahun-tahun lalu, saat mereka pertama kali bertemu di tahun pertama sekolah dasar. Ia ingat benar Kai kecil yang selalu menyendiri disaat teman-teman yang lainnya bermain bersama, Kai yang selalu sibuk dengan buku gambarnya, dan Kai yang menurut Jihyun anti social. Beberapa anak yang ingin berteman dengannya bahkan diacuhkannya. Mungkin itulah yang membuat Jihyun penasaran dan ingin berteman dengan Kai.

Jihyun terkekeh mengingat betapa acuhnya Kai saat itu, “Entahlah, kau dulu sangat tidak pandai bersosialisasi, Kai.”

“Dan kau tetap ingin berteman denganku, kan? Kau sangat keras kepala.”

Jihyun kembali mengingat bagaimana Kai mengacuhkannya sama seperti yang lain. Tapi, ia tak gentar. Ia tetap berusaha untuk menjadi teman Kai, karena Kai begitu menarik perhatiannya.

“Setelah aku tahu kau pindah di dekat rumahku, aku pikir kita bisa berteman baik. Jadi, aku tetap berusaha menjadi temanmu. Kau sendiri, kenapa kau akhirnya mau menjadi temanku?”

“Kau tidak ingat? Dulu kau sangat cerewet, bahkan sampai sekarang pun begitu. Kau selalu bercerita apapun saat di dekatku meski aku tidak pernah meresponnya. Kau juga terus memintaku untuk menjadi temanmu. Ya, aku pikir jika aku setuju menjadi temanmu kau akan berhenti bicara. Tapi ternyata aku salah, cerewet memang sudah bakat alamimu. Jadi, aku mencoba untuk menerima takdirku yang harus mempunyai teman sepertimu.” cerita Kai panjang lebar lengkap dengan tampang memelas di akhir kisahnya.

“Cih, kau berkata seolah aku adalah musibah besar bagimu. Menyebalkan sekali. Harusnya kau bersyukur ada gadis kecil yang manis nan imut ingin berteman denganmu.” Jihyun mencibir. Kai hanya tertawa ringan, lalu mereka kembali sibuk menyantap makanan masing-masing.

“Kai-ah, 30 menit lagi. Ayo keluar.” ajak Jihyun setelah melihat jam tangan putih yang bertengger manis di pergelangan tangan kirinya. Kai mengangguk setuju kemudian mereka keluar dari café tersebut setelah tentu saja Kai yang membayar makanannya.

Mereka kembali berjalan di sekitar taman sungai Han lalu memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman.

“Kai-ah, ayo kita buat permohonan untuk tahun depan.” pinta Jihyun semangat. Kai hanya menatap Jihyun datar. Jihyun mendecak, “ayolah, katupkan tanganmu seperti ini, pejamkan matamu, kemudian katakan harapanmu dalam hati.” kata Jihyun sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan wajahnya.

“Kau yakin akan dikabulkan?” tanya Kai sangsi.

Jihyun mengangguk mantap, “Jika kau berusaha.”

“Baiklah.”

Keheningan menyelimuti mereka selagi mereka mengucapkan keinginan masing-masing.

Tuhan, aku mencintai gadis ini. Tolong jadikan dia milikku, aku ingin selalu bersamanya. Aku janji, akan menjaganya dengan baik.

Tuhan, aku sudah bosan menjadi teman Kai. Aku berharap… lebih. Bisakah.. aku menjadi seorang yang spesial di hatinya?

Kai dan Jihyun membuka mata mereka perlahan setelah mengucapkan keinginan masing-masing kemudian merekahkan senyum tanpa sadar.

11:58  2 menit lagi.

“Kai-ah, apa yang kau inginkan di tahun depan?” Jihyun menatap Kai, Kai menatap ke arahnya. Hening, namun tatapan mata mereka seolah berbicara dengan bahasanya sendiri.

“Aku… ingin Park Jihyun menjadi kekasihku.” jawab Kai pada akhirnya. Jihyun mematung, ia masih menatap Kai.

DUARR DUUAAARRR DUAARRR !!! 00:00 Kembang api mulai menari indah di langit Seoul. Jihyun belum merespon pernyataan Kai, ia menoleh untuk menikmati ledakan kembang api yang sangat mempesona, melepaskan diri sejenak dari tatapan Kai.

Jihyun kembali menatap Kai lalu tersenyum, senyum yang selalu menjadi favorit Kai, senyum manis yang kini hanya ditujukan untuk Kai, dan senyum yang selalu membuat Kai bahagia setiap kali menlihatnya.

“Kai-ah, sudah tahun 2014, kupikir aku bisa mewujudkan harapanmu sekarang.” kata Jihyun tetap dengan senyuman manis yang enggan hilang dari bibirnya.

Kai menatap Jihyun tak percaya, mata elangnya sedikit melebar setelah mendengar ucapan Jihyun tadi. Demi apapun, ia terlalu senang sekarang. Sedetik kemudian ia membawa Jihyun ke dalam pelukannya, mendekapnya erat, sangat erat.

“Ya, pabo! Kau mau membunuhku? Aku tidak bisa bernafas, bodoh.” ucap Jihyun dengan susah payah karena Kai memeluknya sangat erat.

Kai melepaskan pelukannya, “a-ah, mian.” katanya kikuk. “Aku terlalu senang.” lanjutnya lalu tersenyum lebar. Jihyun terkekeh. Mereka lalu menikmati kembang api yang belum selesai sedari tadi.

“Ji, apa harapanmu tahun ini?” tanya Kai tanpa menoleh.

“Hm? Harapanku juga baru saja terwujud.” Pernyataan yang cukup untuk membuat Kai menoleh dan sekali lagi menatap gadis itu tak percaya. Tatapan mereka kembali bertemu.

“Kau berharap aku menjadi kekasihmu?” tebak Kai. Jihyun tersenyum dan Kai anggap itu sebagai jawaban “ya”. Kai kembali memeluk gadisnya. Awal tahun yang manis untuk mereka.



-FIN-
 
C's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template