Tittle : Sweet New Year
Author : Double C
Cast : EXO Kai (Kim Jong In),
Park Jihyun (OC)
Genre : Fluff (?)
Length : Ficlet
Rate : T
Disclaimer
: Kai milik Tuhan, SM Ent, dan
keluarganya. Plot dan alur murni pemikiran author.
Author’s note : Annyeong chingus.. Chee is back! Ini
fanfict pertama yang berhasil aku selesaikan dan aku publish. Ya, anggep aja
ini fanfict debut(?) ahaha. Maaf soal ceritanya yang jelek atau apapun itu.
Cerita ini murni dari hasil imajinasi author, so don’t copy this story without
my permission. Happy reading and comment juseyo ^^
Warning : Feel nggak dapet, cerita
standart, and maybe typo(s).
Jihyun
terus mengubah posisi tidurnya. Ia sangat bosan berada di kamarnya. Ini adalah
malam tahun baru dan Jihyun sama sekali tidak memiliki acara apapun malam ini.
Oh, yang benar saja, haruskah dia melewatkan malam tahun baru dengan tiduran di
kamarnya? Kau bisa bayangkan sendiri betapa membosankannya hal itu untuk remaja
seumurannya.
Ponsel
Jihyun berdering tanda panggilan masuk, Kai. Rumah mereka bersebelahan, balkon
kamar Jihyun juga menghadap langsung ke balkon kamar Kai. Kadang mereka bisa
mengobrol hingga larut malam dari balkon masing-masing sampai tetangga
meneriaki mereka karena kebisingan.
“Yeoboseyo”
Jihyun menerima telefon sambil berjalan kea rah balkon kamarnya. Tak sulit
untuk indera penglihatannya menangkap Kai yang tengah berdiri sambil
menempelkan ponsel di tangannya.
“Kau
sedang apa?” tanya Kai. Mereka tidak mematikan sambungan telefonnya.
“Kau bisa
lihat sendiri kan, aku sedang menerima telefon darimu.” jawab Jihyun seadanya.
“Ini malam
tahun baru.” kata Kai.
“Aku tidak
bodoh, Kai.”
‘’Kau
tidak ada acara?” Jihyun menghela nafasnya lalu menggeleng. Tidak usah dijawab,
toh Kai juga bisa melihat gelengannya.
“Mau ke
sungai Han?” tanya Kai lagi.
Jihyun
tampak berpikir, “Bagaimana ya?” . Sebenarnya dalam hati Jihyun sangat senang
karena setidaknya malam tahun barunya tidak untuk tiduran di kamar saja.
“Kalau
tidak mau juga tidak apa-apa.” kata Kai sambil berbalik menuju kamarnya.
“Aku mau!”
Kai hanya tersenyum menang mendengar jawaban Jihyun.
-Sweet New
Year-
Ya,
disinilah mereka sekarang, berjalan di sekitar sungai Han. Pemandangan disini
sangat indah, mereka bisa melihat cahaya-cahaya lampu yang berpadu dari puluhan
gedung pencakar langit. Cahaya dari
mobil-mobil yang melewati jembatan sungai Han juga turut menyumbangkan
keindahan.
Sungai Han
cukup ramai mengingat ini adalam malam pergantian tahun. Udara dingin yang
melanda tidak menyurutkan niat pengunjung sungai Han –termasuk Jihyun dan Kai-
untuk melihat ribuan kembang api yang biasanya akan dinyalakan jam 12 tepat
untuk menyabut tahun baru. Kembang api yang akan meramaikan langit malam Seoul
akan terlihat sangat menakjubkan dari sini.
Masih
kurang lebih 2 jam lagi sebelum waktu menunjukkan pukul 12 tepat. Jihyun
menoleh pada Kai, “Aku mau coklat panas.” ungkapnya.
“Yasudah,
beli saja sana.” kata Kai enteng.
“Traktir
aku.”
“Naega
wae?”
“Karena
kau yang mengajakku kemari, jadi kau yang traktir. Itu teorinya.”
“Cih,
teori macam apa itu?” protes Kai.
“Teori
Park Jihyun! Sudahlah, ayo. Di café yang itu, Chococheese Cake di sana sangat
enak.” Jihyun menggandeng ah, tepatnya menyeret Kai menuju café yang ia maksud
tanpa persetujuan Kai tentunya.
Tak lama
kemudian mereka sudah duduk manis di dalam café sambil menikmati pesanan
masing-masing. Mereka sama-sama memesan Hot Chocolate, bedanya Jihyun juga
memesan Chococheese Cake-yang katanya sangat enak- dan Kai lebih memilih
brownies dengan kacang almond di atasnya.
“Kai-ah,
kau harus mencobanya. Ini benar-benar lezat.” Jihyun menyodorkan Chococheese
Cake nya pada Kai.
“Tidak
mau.”
“Ayolah,
buka mulutmu. Aaa~” Jihyun tetap menyuruh Kai untuk mencobanya. Akhirnya dengan
agak ragu Kai pun menyantap potongan cake yang disuapkan Jihyun itu.
“Nah, anak
pintar. Bagaimana? Enak kan?” tanya Jihyun kemudian setelah Kai mengunyah
cakenya.
“Biasa
saja.” jawab Kai datar.
“Hh,
harusnya aku tahu akan seperti ini. Menyebalkan.” gumam Jihyun sambil cemberut
lalu dengan kasar menghabiskan cake miliknya. Sedangkan Kai hanya menatap gadis
di depannya itu, merasa cara makannya saat ia marah adalah hal yang lucu.
Mulutnya yang ia isi penuh sampai pipinya menggelembung membuat Kai terkekeh
pelan.
“Hei,
Ji..” panggil Kai.
“…”
“Ya, Ji!”
“Wae!”
jawab Jihyun ketus.
“Kau
marah?”
“Ani!” Kai
tersenyum. Benar, Jihyun marah.
“Mianhae.”
ucap Kai tulus. Jihyun mendongak ke arah Kai. “Cakenya enak, sangat enak.”
lanjutnya dengan senyuman di akhir kalimat.
“Okay, apologize
accepted, Mr. Kim.” Jihyun tersenyum.
“Kenapa
dulu kau ingin sekali berteman denganku, Ji?” pertanyaan itu lolos begitu saja
dari mulut Kai.
Jihyun
menghela nafas, ia mencoba membuka memori bertahun-tahun lalu, saat mereka
pertama kali bertemu di tahun pertama sekolah dasar. Ia ingat benar Kai kecil
yang selalu menyendiri disaat teman-teman yang lainnya bermain bersama, Kai
yang selalu sibuk dengan buku gambarnya, dan Kai yang menurut Jihyun anti
social. Beberapa anak yang ingin berteman dengannya bahkan diacuhkannya. Mungkin
itulah yang membuat Jihyun penasaran dan ingin berteman dengan Kai.
Jihyun
terkekeh mengingat betapa acuhnya Kai saat itu, “Entahlah, kau dulu sangat
tidak pandai bersosialisasi, Kai.”
“Dan kau
tetap ingin berteman denganku, kan? Kau sangat keras kepala.”
Jihyun
kembali mengingat bagaimana Kai mengacuhkannya sama seperti yang lain. Tapi, ia
tak gentar. Ia tetap berusaha untuk menjadi teman Kai, karena Kai begitu
menarik perhatiannya.
“Setelah
aku tahu kau pindah di dekat rumahku, aku pikir kita bisa berteman baik. Jadi,
aku tetap berusaha menjadi temanmu. Kau sendiri, kenapa kau akhirnya mau
menjadi temanku?”
“Kau tidak
ingat? Dulu kau sangat cerewet, bahkan sampai sekarang pun begitu. Kau selalu
bercerita apapun saat di dekatku meski aku tidak pernah meresponnya. Kau juga
terus memintaku untuk menjadi temanmu. Ya, aku pikir jika aku setuju menjadi
temanmu kau akan berhenti bicara. Tapi ternyata aku salah, cerewet memang sudah
bakat alamimu. Jadi, aku mencoba untuk menerima takdirku yang harus mempunyai
teman sepertimu.” cerita Kai panjang lebar lengkap dengan tampang memelas di
akhir kisahnya.
“Cih, kau
berkata seolah aku adalah musibah besar bagimu. Menyebalkan sekali. Harusnya
kau bersyukur ada gadis kecil yang manis nan imut ingin berteman denganmu.”
Jihyun mencibir. Kai hanya tertawa ringan, lalu mereka kembali sibuk menyantap
makanan masing-masing.
“Kai-ah,
30 menit lagi. Ayo keluar.” ajak Jihyun setelah melihat jam tangan putih yang
bertengger manis di pergelangan tangan kirinya. Kai mengangguk setuju kemudian
mereka keluar dari café tersebut setelah tentu saja Kai yang membayar
makanannya.
Mereka
kembali berjalan di sekitar taman sungai Han lalu memutuskan untuk duduk di
salah satu bangku taman.
“Kai-ah,
ayo kita buat permohonan untuk tahun depan.” pinta Jihyun semangat. Kai hanya
menatap Jihyun datar. Jihyun mendecak, “ayolah, katupkan tanganmu seperti ini,
pejamkan matamu, kemudian katakan harapanmu dalam hati.” kata Jihyun sambil
menangkupkan kedua telapak tangan di depan wajahnya.
“Kau yakin
akan dikabulkan?” tanya Kai sangsi.
Jihyun
mengangguk mantap, “Jika kau berusaha.”
“Baiklah.”
Keheningan
menyelimuti mereka selagi mereka mengucapkan keinginan masing-masing.
Tuhan, aku mencintai gadis ini. Tolong jadikan
dia milikku, aku ingin selalu bersamanya. Aku janji, akan menjaganya dengan
baik.
Tuhan, aku sudah bosan menjadi teman Kai. Aku
berharap… lebih. Bisakah.. aku menjadi seorang yang spesial di hatinya?
Kai dan
Jihyun membuka mata mereka perlahan setelah mengucapkan keinginan masing-masing
kemudian merekahkan senyum tanpa sadar.
11:58 2 menit lagi.
“Kai-ah,
apa yang kau inginkan di tahun depan?” Jihyun menatap Kai, Kai menatap ke
arahnya. Hening, namun tatapan mata mereka seolah berbicara dengan bahasanya
sendiri.
“Aku…
ingin Park Jihyun menjadi kekasihku.” jawab Kai pada akhirnya. Jihyun mematung,
ia masih menatap Kai.
DUARR
DUUAAARRR DUAARRR !!! 00:00 Kembang api mulai menari indah di langit Seoul.
Jihyun belum merespon pernyataan Kai, ia menoleh untuk menikmati ledakan
kembang api yang sangat mempesona, melepaskan diri sejenak dari tatapan Kai.
Jihyun
kembali menatap Kai lalu tersenyum, senyum yang selalu menjadi favorit Kai,
senyum manis yang kini hanya ditujukan untuk Kai, dan senyum yang selalu
membuat Kai bahagia setiap kali menlihatnya.
“Kai-ah,
sudah tahun 2014, kupikir aku bisa mewujudkan harapanmu sekarang.” kata Jihyun
tetap dengan senyuman manis yang enggan hilang dari bibirnya.
Kai
menatap Jihyun tak percaya, mata elangnya sedikit melebar setelah mendengar
ucapan Jihyun tadi. Demi apapun, ia terlalu senang sekarang. Sedetik kemudian
ia membawa Jihyun ke dalam pelukannya, mendekapnya erat, sangat erat.
“Ya, pabo!
Kau mau membunuhku? Aku tidak bisa bernafas, bodoh.” ucap Jihyun dengan susah
payah karena Kai memeluknya sangat erat.
Kai
melepaskan pelukannya, “a-ah, mian.” katanya kikuk. “Aku terlalu senang.”
lanjutnya lalu tersenyum lebar. Jihyun terkekeh. Mereka lalu menikmati kembang
api yang belum selesai sedari tadi.
“Ji, apa
harapanmu tahun ini?” tanya Kai tanpa menoleh.
“Hm?
Harapanku juga baru saja terwujud.” Pernyataan yang cukup untuk membuat Kai
menoleh dan sekali lagi menatap gadis itu tak percaya. Tatapan mereka kembali bertemu.
“Kau
berharap aku menjadi kekasihmu?” tebak Kai. Jihyun tersenyum dan Kai anggap itu
sebagai jawaban “ya”. Kai kembali memeluk gadisnya. Awal tahun yang manis untuk
mereka.
-FIN-
0 komentar:
Posting Komentar