Translate

Rabu, 31 Desember 2014

[FanFict] Midnight Phone Call


Midnight Phone Call

A drabble written by Cheery



Chanyeol x OC

Romance ; T

[FanFict] Elephant


Elephant



A drabble written by Cheery





Bambam x OC



Romance ; T




[FanFict] A Gift


A Gift

Kai – Jihyun series

Written by Cheery

Romance ; T ; Ficlet




"Ayolah Ji~," Kai masih bersih keras.

"Tugasku belum selesai, Kai," tolak Jihyun lagi.

"Tugasku juga belum." Jihyun memutar bola mata jengah. "Kau selalu mengutip pekerjaanku, Kai." Kai hanya tersenyum lebar.

"Kumohon," Kai kembali memelas.

"Uh, baiklah tuan keras kepala. Tapi sebentar saja, oke?"

"Oke, Nona Kim."

***

"Kau ingin mencari kado untuk siapa?" tanya Jihyun setelah masuk sebuah toko.

"Seorang teman," jawab Kai.

"Seorang gadis?" tanya Jihyun lagi karena toko ini penuh dengan benda-benda menggemaskan. Kalau saja ia membawa uang lebih, mungkin ia akan membeli sesuatu yang lucu dari toko ini.

"Ya, teman kecilku saat masih di Daegu."

"Ah..." Jihyun mengangguk mengerti.

"Aku tidak begitu tahu seleranya. Mungkin kau tahu selera para gadis," kata Kai sambil mengangkat bahunya.

Mata Jihyun menjelajahi toko itu dengan seksama. Ada banyak boneka, jam dinding aneka bentuk, bingkai foto, dan benda-benda lucu lainnya. Pandangan Jihyun berhenti pada boneka beruang besar berwarna cokelat. Jihyun menghampiri boneka itu lalu menunjuknya, "Kai ini sangat menggemaskan. Beruangnya cokelat seperti kau."

"Kau suka?"

"Ya. Ah, tapi ini untuk temanmu. Temanmu itu orang yang seperti apa?" Jihyun takut kalau selera teman Kai berbeda dengan seleranya, meskipun ia yakin gadis mana yang tidak suka dengan beruang semacam itu.

"Dia gadis yang manis." Dahi Jihyun berkerut. Kau baru saja memuji gadis lain di hadapan kekasihmu, Kai. "Baiklah, ambil yang itu, dia pasti suka." Kai membawa beruang itu ke meja kasir. Ia juga menyuruh Jihyun untuk memilih kartu ucapannya.

"Bisa kau tuliskan juga? Kau tahu tulisan tanganku tidak terlalu bagus," minta Kai.

"Eum, baiklah. Kau ingin mengucapkan apa?" tanya Jihyun malas. Moodnya sudah mulai memburuk.

"Happy birthday, hope you always get your best in your life," ucap Kai.

Jihyun menulis kalimat yang diucapkan Kai dengan rapi. "Sudah."

"Oh, tuliskan juga aku sangat merindukannya, bisakah kita bertemu dalam waktu dekat?" Oh Kim Jong In, apa kau baru saja mengucap kata rindu pada seorang gadis di depan kekasihmu sendiri?

"Kau yakin?"

"Kenapa tidak? Ah, aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Oh, tambahkan kata I love you juga dibelakangnya."

"Baiklah." Jihyun kembali menulis. "Selesai."

"Dia pasti semakin cantik," puji Kai.

Jihyun meletakkan bolpoinnya kasar, "Cukup! Aku mau pulang."

***

Esok paginya saat akan berangkat ke sekolah, Jihyun masih betah mengucap sumpah serapah yang ditujukan untuk Kai. Lelaki itu benar-benar membuatnya kesal setengah mati. Mengatakan seorang gadis cantik, manis, dan merindukannya di depan kekasihnya sendiri, apa otaknya masih waras?

Jihyun menutup gerbang rumahnya hendak berangkat ke sekolah saat suara familiar terdengar menyapanya, "Pagi Nona Kim." Ya. Itu suara Kai.

Jihyun mengabaikannya dan meneruskan langkahnya untuk pergi ke sekolah. Uh, kenapa Kai malah bersikap biasa saja setelah kejadian kemarin? Tidakkah ia sadar gadisnya sedang merajuk?

"Ya, Ji, kau sudah mengerjakan tugas dari Lee ssaem?"

"..."

"Oke, sesampainya di sekolah nanti aku orang pertama yang pinjam. Jangan berikan pada siapa-siapa," suruh Kai.

Jihyun masih mengabaikannya. Kim Jong In, setidaknya kau bertanya mengapa Jihyun mengabaikanmu, dasar tidak peka!

Seharian Jihyun mengabaikan Kai sepertinya tak berdampak apapun pada lelaki berkulit tan itu. Ia sama sekali tak menanyakan perihal Jihyun bersikap demikian padanya. Sampai pada hari ketiga sepertinya ia harus bersyukur akhirnya makhluk astral itu peka juga telah diabaikan oleh kekasihnya.

Kai terus mengikuti kemanapun Jihyun pergi dan menanyakan mengapa Jihyun mengabaikannya. Bukankah itu sudah jelas, Tuan Kim? Ia cemburu, bodoh! Ia cemburu kau memuji gadis lain di hadapannya. Ia cemburu kau merindukan seorang gadis selain dirinya.

Meski Jihyun sudah biasa dengan Jongin yang terus berada di sekitarnya, tapi ayolah, Jihyun sedang kesal dan penyebab kekesalannya berada di sekelilingnya. Ia merasa tidak nyaman. "Ya, berhenti mengikutiku!" sentaknya.

Seakan kebal dengan bentakan Jihyun, saat pulang sekolah pun Kai masih membuntutinya. Sampai di rumah, Kai terus mengirimi pesan dan menelpon Jihyun. Jihyun merasa jengah ketika ponsel hitamnya berdering untuk yang ke dua puluh kalinya dalam setengah jam terakhir. "Ya, aku sedang kesal padamu bodoh! Jangan menghubungiku!" ia memutus sambungan teleponnya sepihak kemudian.

Dan benar saja, keesokan paginya, ia tak menemukan Kai yang menyapanya di depan pagar rumah. Sesampainya di sekolah pun ia tak menemukan lelaki itu. Sampai 3 menit sebelum bel masuk berbunyi, ia baru menemukan Kai dengan mata kantuknya berjalan santai menuju bangku, duduk, menaruh kepala pada kedua tangannya yang terlipat, kemudian memejamkan mata. Kebiasaan pagi khas Kim Jongin.

Kai tidak mengikutinya lagi, dan tidak bicara sekalipun pada Jihyun. Entahlah Jihyun harus merasa senang atau bagaimana, karena sejujurnya ada sedikit perasaan bersalah yang menghinggapinya karena sudah membentak Kai di telepon kemarin. Tapi, toh rasa gengsinya lebih besar. Jihyun pikir, Kai lah yang harusnya meminta maaf, bukan dirinya.

Empat hari berselang, dan mereka belum juga berkomunikasi sedang rasa bersalah yang menggelayuti Jihyun makin nyata. Haruskah ia meminta maaf? Peperangan ego dalam  diri gadis itu tejadi, namun pada akhirnya rasa keras kepala lah yang lebih dominan.

Jihyun menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Siang tadi, Nara -salah satu teman dekatnya- bertanya apakah Jihyun sedang bertengkar dengan Kai karena ia jarang melihat mereka bersama beberapa hari ini. Jihyun tak bisa mengelak dan berakhir dengan menceritakan kekesalannya terhadap Kai pada Nara.

Nara bilang, mungkin saja Kai sedang menyiapkan sesuatu yang spesial untuknya karena mengingat kurang dari seminggu lagi adalah hari ulang tahunnya. Jihyun menerima sugesti positif Nara dan berharap apa yang dikatakan Nara benar adanya.

Tiga hari selanjutnya, semua berjalan normal selain Jihyun-Kai yang masih saling bungkam. Ya, memang tiga hari terakhir ini Jihyun lebih sering memperhatikan Kai, jika saja ada yang aneh dengan kekasihnya itu. Tapi semua berjalan normal. Ia pulang sekolah tepat waktu, mengurus Monggu dengan baik, sesekali pergi bermain bola dengan Sehun dan teman-teman lainnya di lapangan dekat rumah, dan lampu kamarnya juga sudah padam tepat pada pukul sembilan malam.

Jihyun mulai meragukan pendapat Nara tempo hari -soal Kai menyiapkan kejutan untuknya-. Ia tidak terlihat sibuk sama sekali, bahkan cenderung santai, padahal dua hari lagi adalah hari spesialnya. "Apa dia lupa?" gumamnya sedih.

Tak bisa dipungkiri lagi, sudah hampir dua minggu ia dan Kai tidak saling berkomunikasi, ia merindukan Kai, dan sangat menyesal telah membentaknya dan menyuruh Kai untuk tidak menghubunginya. Kai benar-benar tidak menghubunginya, bahkan tidak menyapanya saat mereka berpapasan di sekolah. Jihyun benar-benar merindukan Kai.

Tiba saat hari ulang tahun Jihyun, gadis itu bangun seperti biasa pada pukul lima pagi. Mengecek ponselnya yang penuh akan puluhan ucapan selamat dari teman-teman dan saudara-saudaranya. Ia tak membuka pesan mereka satu per satu, ia hanya mencari satu nama dalam kumpulan pesan itu. Namun nihil, ia tak menemukan nama Kai, Kai tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Jihyun berjalan dengan lesu saat memasuki kelas, apa Kai benar-benar marah padanya? Biasanya Kai selalu jadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya, tapi sampai pukul tujuh pagi ini Kai masih belum menampakkan batang hidungnya.

Kai tiba di kelas semenit setelah Kim seonsaengnim, untung saja Kim ssaem adalah guru paling sabar, jadi Kai diijinkan mengikuti pelajaran. Sepanjang pelajaran Jihyun tidak bisa fokus, ia terus memperhatikan Kai yang duduk dua baris di depannya. Hari ini Kai benar-benar terlihat sangat biasa, yang mengakibatkan Jihyun lebih yakin bahwa Kai melupakan ulang tahunnya.

Banyak teman sekelas yang mengucapkan selamat pada Jihyun, Kai? Entahlah, tapi bocah itu bertingkah seakan tak ada kejadian apapun yang menarik perhatiannya.

Sepulang sekolah, Jihyun mendapat kejutan kecil dari teman-teman dekatnya -Nara, Hyesung, dan Minji. Mereka memberi mini tart dengan beberapa lilin kecil diatasnya serta beberapa hadiah.

Sesampainya di rumah, Jihyun juga mendapat tart cokelat besar dari orang tuanya dan ia senang bukan kepalang mengetahui sepupu kesayangannya yang sedang kuliah di California tau tau sudah duduk malas sambil menonton televisi di ruang keluarga.

"Oppa!" teriaknya girang.

"Hi, darling. Happy birthday~"  balas Park Chanyeol -sepupunya sumringah.

"Kenapa tidak bilang akan ke Seoul?" tanya Jihyun kemudian keduanya berpelukan.

"It's surprise, Honey," jawab Chanyeol.

"Oh, jadi kau sekarang bicara dengan bahasa Inggris, hm?" ledek Jihyun karena Chanyeol belum mengucap kata dengan bahasa Korea sedari tadi. Chanyeol hanya terkekeh ringan lalu mengusap kepala Jihyun.

"Ayo kita makan tartmu, cokelatnya sangat enak, aku sudah mencicipinya tadi."

"Yah! Oppa! Bahkan lilinnya belum dinyalakan!"

---

Jihyun bahagia hari ini, ia mendapat banyak perhatian dari teman-teman dan keluarganya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal hatinya, kebahagiaannya terasa belum lengkap. Oh, yeah, tentu saja Kim Jong In, memang siapa lagi? Perlu kalian tahu bahwa sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan lewat dan makhluk yang tinggal di samping rumahnya itu belum juga mengucapkan selamat ulang tahun pada Jihyun.

Terhitung mulai pukul tujuh malam tadi, Jihyun berharap setidaknya Kai mengiriminya pesan ucapan selamat. Ia tahu ia memang egois dan terlalu err.. oke, cemburu pada Kai. Ia menyesal. Benar-benar menyesal. Ia tidak tahu bagaimana cara memperbaiki hubungannya dengan Kai. Kalau tahu akan begini, ia pasti tidak akan membentak Kai waktu itu.

Jihyun memejamkan matanya sambil mencari cara agar hubungannya dengan Kai bisa kembali membaik. Ia lelah berada dalam situasi seperti ini, ia benar-benar merindukan Kai. Cukup lama Jihyun berpikir, tanpa sadar ia pun terlelap.

---

Jihyun terbangun karena mendengar deringan ponsel. Tangannya sibuk mencari-cari ponsel yang ia letakkan di sembaran tempat. Ketemu. Ia sempat melirik sekilas jam dinding warna pinknya sebelum memejamkan mata lagi. 23.55. Orang sialan mana yang menelponnya di tengah malam begini?. Jihyun janji akan menghujaninya sumpah serapah jika alasannya benar-benar tidak penting!

"Yeoboseyo," ucapnya malas.

"..."

"Yeoboseyo," ulangnya lagi agak keras.

"..."

"Ya! Sialan! Kalau tidak penting akan ku-" ucapan Jihyun terpotong seketika ia mendengar nada dari tuts tuts yang dirangkai menjadi lagu selamat ulang tahun. Jihyun hanya diam sampai lagu itu selesai, menikmatinya meskipun ia sempat terkekeh saat orang di seberang sana memencet tuts yang salah.

"Ji," suara dari seberang telepon menyapanya. Jihyun terpaku. Ini suara yang ia kenal, ini suara yang ia rindukan, ini suara Kim Jongin. Segera ia melihat layar ponselnya dan benar saja, nama Kai memang tercetak jelas disana sedang menghubunginya. Bodohnya ia tak mengecek dulu.

"Jihyun," ulang Kai lagi yang berhasil menyadarkan Jihyun.

"Ya?"

Terdengar helaan nafas dari Kai, "Hh, syukurlah. Ku kira kau ketiduran."

"Tidak, Kai,"

"Aku sedang di balkon sekarang, bisa kau melihatku?" minta Kai.

Jihyun langsung beranjak dari kasurnya, menyibakkan tirai dan keluar menuju balkon kamarnya. Ia terpaku melihat balkon kamar Kai yang dihiasi dengan aneka balon dan pita. Ada tulisan "Selamat Ulang Tahun Kim Jihyun" dengan font yang lumayan besar. Kai sendiri tersenyum sambil memegang pianika yang kalau Jihyun tidak salah ingat, itu adalah pianika sejak jaman mereka di sekolah dasar. Kai menggunakannya untuk melantunkan medley happy birthday tadi.

"Hi,  apa kau keberatan jika aku memintamu kemari dan merayakan hari ulang tahunmu?" tanya Kai dengan ponsel masih menempel di telinganya.

Jihyun meresponnya lambat, tapi tersenyum pada akhirnya dan segera menuju rumah Kai. Jihyun menutup mulutnya dengan sebelah tangan ketika sampai di balkon kamar Kai. Kini Kai memegang kue sederhana dengan lilin angka satu dan tujuh di atasnya.

"Happy birthday, Baby. Buatlah permohonan," ucap Kai lembut. Jihyun menurut lalu meniup lilin pada kuenya.

"Ini, kado untukmu," Kai menyerahkan sebuah kado yang ukurannya cukup besar.

Jihyun menerimanya, "Apa ini?"

"Buka saja."

Jihyun membuka bungkus kadonya, menemukan sebuah kartu ucapan disana sebelum membuka keseluruhan isi kado.

Happy birthday, hope you always get your best in your life. I miss you and I love you.

Jihyun kenal dengan tulisan ini. Ini bukan tulisan buruk Kai melainkan tulisan rapi miliknya. Ia mengernyit, jangan-jangan...

Jihyun merobek bungkus kado secara brutal yang kemudian mendapat umpatan Kai, "Ya! Pelan-pelan. Aku membungkusnya susah payah." Dan benar saja, ia menemukan boneka beruang besar berwarna cokelat dan ia benar-benar tak habis pikir. Bagaimana bisa?

"Bukankah ini.."

Kai mengangguk dan tersenyum lembut, "Kau suka?"

Jujur saja, Jihyun benar-benar ingin menangis sekarang, "Jadi selama ini?" Jihyun merutuki dirinya. Bagaimana bisa dia cemburu pada dirinya sendiri? Ia benar-benar merasa bodoh.

Kai memeluknya, menghirup aroma shampoo strawberry Jihyun yang masih dipakainya semenjak sekolah dasar, "Aku merindukanmu."

Jihyun sesenggukan dalam dekapan Kai. Ia kesal, terharu, senang, dan entah perasaan apalagi yang ia rasakan sekarang. "Kau menangis?" tanya Kai melepas pelukannya.

"Kau menyebalkan Kim Jongin! Kau benar-benar menyebalkan! Aku membencimu! Kau tidak tahu betapa frustasinya aku selama dua minggu ini, hah?! Ku pikir kau marah padaku. Kau menghiraukanku! Bahkan kau baru mengucapkan selamat ulang tahun lima menit sebelum hari ini berlalu! Kau sungguh menyebalkan!" Jihyun menumpahkan semua perasaannya sambil menangis.

"Uljima," Kai mengusap air mata Jihyun dengan kedua ibu jarinya. "Maaf."

"Ku pikir kau berselingkuh dengan teman Daegu-mu itu," ungkap Jihyun dengan nada takut.

Kai hanya tertawa ringan menanggapi kekhawatiran gadisnya, "Tidak akan, Ji. Lagi pula aku tidak pernah tinggal di Daegu, aku tinggal di Busan sebelum pindah ke sini. Ku pikir kau juga tahu."

Jihyun menepuk jidatnya, "Benar! Kenapa aku bisa lupa. Aish, tetap saja kau menyebalkan, Kai. Ini bahkan sudah lewat sepuluh menit dari hari jadiku. Kau benar-benar orang terakhir yang mengucapkan, cih,"

Kai terseyum lagi, senyum yang Jihyun rindukan. Jihyun sangat bersyukur, Kai tidak marah padanya, hubungan mereka membaik, Kai mengingat ulang tahunnya dan bahkan memberikan kejutan manis di penhujung hari. Oh, yeah, benar-benar penghujung.

Kai menatap kedua iris Jihyun lekat, "Aku sudah sering menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, menurutku itu terlalu biasa. Maka dari itu, untuk kali ini aku menjadi orang terakhir yang mengucapkannya, aku ingin menjadi pria terakhir dalam hidupmu juga."

Jihyun ikut tertular senyum lembut Kai. Di keadaan lain, mungkin Jihyun akan menertawai Kai jika berkata demikian, mengatai Kai makhluk paling gombal, atau menyuruh Kai untuk menyimpan rayuan murahannya. Tapi tidak untuk kali ini, ia tak ingin merusak momen romantisnya bersama Kai.

Kai menuntun Jihyun ke dalam dekapannya kembali, "Aku merindukanmu," ucap Kai untuk yang kedua kalinya. Jihyun mengangguk. Ya, ia paham, karena ia juga merasakan hal yang sama. Hanya hening yang menyelimuti mereka beberapa saat.

Sampai akhirnya..

"YA! Park Jihyun! Apa yang kau lakukan tengah malam begini dengan seorang namja?" pekik Chanyeol yang berdiri di balkon kamar Jihyun, berhasil membuat keduanya melepas pelukan mereka.

"Ups, kurasa aku lupa menutup pintu kamarku saat keluar tadi."

"Ck, hyung itu kenapa muncul disaat yang tidak tepat, sih?"



-FIN-

 
C's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template