Translate

Minggu, 27 April 2014

Nosi Song lalala~


Hi guys. I'm back with nosi song.  Ada yang tau nosi song? #enggak,dannggakmautau. Oke, aku jelasin. Nosi song ini bukan sebangsa gwiyomi song yang sempet ngetren beberapa waktu lalu dan membuatku semakin jatuh cinta sama babymaknaenya EXO karena keimutannya yang overload waktu meragain lagu ini. *lupakan.

Sebenernya nosi song itu salah satu cara belajar yang aku terapkan akhir-akhir ini. Jadi intinya di postingan ini aku bakal bagi tips ke kalian.

Kenapa namanya nosi song? Nosi itu kependekan dari farmakognosi, salah satu pelajaran di sekolah. Dan song sendiri memang metodenya dilakukan dengan cara bernyanyi.

Sedikit tentang farmakognosi, di pelajaran ini kalian akan banyak belajar tentang tanaman yang bisa digunakan menjadi obat. Mulai dari nama simplisia, nama latin tanaman, keluarga, zat berkhasiat, danlainlain. Dan setiap kali ujian, kalian harus hafal semuanya.  Di sini kalian juga akan menemukan banyak kata yang bisa bikin lidah kesleo, maklum bahasa latin.

Nah, karena aku nggak tau bagaimana cara memahami pelajaran ini, dan ujung-ujungnya selalu menuntut hafalan, so kenapa nggak aku buat pelajaran ini menjadi seasyik waktu aku nyanyi lagu korea?

Ini bukan metode belajar baru sih, cuman aku aja yang iseng nerapin cara belajar ini. Semua simplisia yang harus aku hafalin di pelajaran ini aku bikin lagu. Lagu-lagu korea yang biasanya aku nyayiin, aku ganti liriknya.

Berbekal suara yang amat sangat paspasan dan ngepas-pasin melodi lagu dengan lirik yang ada, aku ngerekam suara jadi-jadianku nyanyiin nosisong. Jadi aku hafalannya sambil nyanyi. Setiap simplisia aku pake lagu yang beda. Asyik deehh! Jadi nggak berasa kalo lagi belajar, hihi.

Tapi metode ini juga ada kelemahannya loh. Aku sempet kelabakan waktu di tes lisan, karena tegang jadi agak lupa sama nadanya. So, metode ini cocoknya buat ujian tulis yang tenang, menurutku. Biar bisa mikir waktu kita ngafalin simplisia ini pake lagu yang mana. Dan satu lagi, kalau kalian lupa lirik awalnya juga agak susah, jadi nyanyinya harus dari depan.

Aku udah terapin metode ini di beberapa ujian dan hasilnya lumayan, bisa dikategorikan berhasil ;)

Jja, segitu dulu postingan aku kali ini. Hopefully, informasi ini bermanfaat bagi kalian. Byee~

XOXO,  Chee

Selasa, 22 April 2014

[FanFict] 7 Years More


Tittle                       : 7 Years More

Author                    : Double C

Cast                       : Kai (EXO), Park Ji Hyun (OC)

Genre                     : Romace-Comedy, maybe?

Rating                    : PG-15

Length                    : 500+ words

Author’s Note        : Kai-Jihyun series ^o^ setelah sebelumnya ada “Sweet New Year” Kai-Ji couple kembali dengan “7 Years More”, semoga kalian suka. Disini aku bikin Kai agak sweet, semoga nggak terlalu OOC ya.. happy reading~

Warning               : Maybe typo(s) !

Park Ji Hyun, gadis berambut coklat tua itu sedang menyisir rambut saat mendengar ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Ia beranjak dari depan cermin menuju kasur king size tempat telepon genggamnya tergeletak. Kai?

“Ya, Kai?” jawab Ji Hyun setelah menempelkan ponsel di telinganya.

Good morning, my precious~” jantung Ji Hyun serasa berhenti berdetak sementara saat Kai memberinya ucapan selamat pagi dengan suara khas bangun tidur yang ugh! His voice really so damn sexy!

Ji Hyun sedikit menetralkan detak jantungnya sebelum menjawab Kai lagi, “Ini sudah jam 9 Kai, kau baru bangun?” sial, suaranya malah bergetar.

“Hmm”, Kai menggumam. Ji Hyun menggigit bibir bawahnya mendengar suara serak Kai, jantungnya semakin berdegup kencang. “Apa sinyalnya sedang buruk? Suaramu terdengar bergetar, sayang.” Oh! Sial dua kali lipat, kenapa Kai begitu peka?

“Uh-oh- mungkin. Suaramu juga terdengar kurang jelas.” Ji Hyun semakin gugup.

“Kenapa gugup begitu, Ji? Hoaams..”  tanya Kai di seberang telepon sambil menguap.

“Eung? Tidak, kenapa aku harus gugup?”  keep calm Ji, batinnya menenangkan diri.

“Ah! Gotcha! Kau gugup karena mendengar suara bangun tidurku yang sexy ini, hm?” Skak mat! Apa anak ini bisa membaca pikiran orang lain?

Lagi-lagi Ji Hyun harus berusaha menormalkan detak jantungnya, “Tentu saja tidak, bodoh! Kau kira pikiranku sekotor itu?” Ji Hyun mencoba memakai nada kesal. Mau taruh dimana mukanya nanti kalau Kai tahu tebakannya benar.

Kai terkikik geli, “Tidak apa-apa, Ji. Aku tahu suaraku memang menggoda.”

“Sudah kubilang bukan seperti itu Kai!” Ji Hyun mulai kesal.

“Bersabarlah, sekitar 7 tahun lagi suara ini akan berbisik halus di telingamu dan memberimu ucapan selamat pagi setiap harinya saat kau bangun tidur.” Jong In sebenarnya sedang menahan tawa di seberang sana.

“Apa maksudmu?” dahi Ji Hyun berkerut.

Baby, setidaknya aku harus lulus sekolah, kuliah, dan bekerja dulu untuk menikahimu, kan? Jadi bersabarlah..” tawa Kai sudah akan meledak kalau saja ia tidak menutupi mulutnya.

“YA! KIM JONG IN!” Ji Hyun benar-benar kesal sekarang.

“Hahahahahahaha” tawa Kai sudah tidak bisa ditahan lagi.

“Hentikan!” Ji Hyun masih kesal, bercampur malu juga sebenarnya.

“Iya, iya, maaf” Jong In mencoba mengatur nafasnya kembali. “Jadi, bagaimana?” tanya Kai ambigu.

“Bagaimana apanya?” bingung Ji Hyun.

“Kau mau menungguku selama 7 tahun, kan?” suara Jong In menjadi lebih serius.

“…”

“Kenapa diam saja? Aku serius Ji.” protes Kai karena tak mendapat jawaban.

“Kau serius?” Ji Hyun agak ragu. Apa Kai sedang melamarnya sekarang?

“Tentu saja.” jawab Kai yakin. Namun, seringaian jahil justru muncul di sudut bibir Ji Hyun.

“7 tahun ya? Eum.. itu terlalu lama, Kai. Aku tidak janji bisa mencintaimu selama itu.” kini Ji Hyun balik menggoda Kai.

“Ya, apa maksudmu Kim Ji Hyun?” berhasil, Kai mulai kesal.

“Ya, jangan seenaknya mengganti marga orang, Kai!”

“Namamu akan menjadi Kim Ji Hyun jika sudah menikah denganku nanti, jadi biasakanlah.”

“Siapa bilang aku akan menikah denganmu?”

“Memangnya kau akan menikah dengan siapa lagi?”

“Di luar sana masih banyak pemuda yang lebih tampan darimu mau menikah denganku.”

“Itu tidak akan terjadi, Nona.”

“Memang kenapa?”

“Kau hanya boleh dan akan menikah denganku!”

“Mana ada aturan seperti itu?”

“Tentu saja ada! Aku barusan membuatnya!”

“blablabla….”

“blablabla….”

Percakapan mereka di telepon berlanjut dengan adu argumen. Selalu seperti ini, sampai keduanya lelah beradu mulut dan entah siapa yang mau mengalah duluan dan mematikan sambungan telepon.



-FIN-

 
C's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template