Midnight Phone Call
A drabble written by
Cheery
Chanyeol x OC
Romance ; T
Seorang gadis baru saja menggerutu sesaat sebelum ia
berusaha mencari ponselnya yang berdering dan entah sedang tergeletak di mana.
Bagaimana tidak, ia ingat betul saat berbaring di kasurnya jam dinding
menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh menit, dan hell, ia masih dalam
perjalanan memasuki alam mimpinya saat ponselnya berteriak. Ingat, dalam
perjalanan. Belum sampai.
Dapat! Setelah meraba-raba di sekitar kasur dengan mata
terkatup, akhirnya gadis itu mendapat apa yang dicarinya. "Yeoboseyo," ucapnya.
"Hai, Al, kau belum tidur?" sapa suara di seberang
sana riang. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa itu suara tetangga depan
rumahnya, ya, Park Chanyeol.
"Hm, aku baru saja akan tidur. Ada apa?" kontras
sekali dengan suara Chanyeol yang riang,
Al -gadis itu- malah terdengar sangat malas. Oh, bahkan matanya enggan terbuka.
"Tak apa, hanya ingin mendengar suaramu," ucap
Chanyeol tanpa dosa.
"Astaga, Yeol. Aku benar-benar mengantuk. Besok saja
ya, kau mendengar suaraku."
"Eh, Al. Tunggu dulu."
"Chanyeol, aku baru selesai mengerjakan tugas
matematika dan aku lelah."
"Sebentar saja, jangan tutup teleponnya. Please," Chanyeol memohon.
"Hm, baiklah. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti aku
ketiduran, ya," Al menuruti Chanyeol.
"Kau sudah menyelesaikan semua tugas matematika?"
tanya Chanyeol mencari topik.
"Iya, sudah. Bagaimana denganmu?" Al menanyai
balik.
"Asal kau sudah selesai, aku aman. Aku punya kemampuan
menulis kilat. Hahaha," tawa Chanyeol. Sebenarnya tidak ada yang lucu,
tapi ya sudahlah, Chanyeol memang suka tertawa.
"Cih! Kebiasaan sekali," Al mendengus.
"Hei, Al."
"Ya?"
"Kau tidak mendengar suara gaduh di luar? Seperti suara
ledakan," tanya Chanyeol.
"Ledakan? Mungkin tetangga sebelah sedang merakit bom
atau sedang ada teroris di sekitar komplek yang berhasil meledakkan salah satu
rumah," jawaban melantur itu lolos begitu saja dari mulut Al.
"Apa? Hahahahaha," Chanyeol tertawa, lagi.
"Kenapa tertawa?"
"Lihatlah keluar!" suruh Chanyeol. Al menurutinya,
ia beranjak dari kasur, menyibakkan korden kamar dan membuka jendelanya lalu
melihat ke luar rumah. Tidak, tidak ada ribut-ribut karena teroris atau
tanda-tanda tetangganya yang sedang merakit bom.
"Sudah, Yeol."
"Lihat ke atas! Langit sedang indah," kata
Chanyeol. Tanpa berpikir dua kali, Al lagi-lagi menurutinya. Ia melihat ke atas
dan benar saja, ledakan itu berasal dari sana. Bukan bom, tapi itu adalah
ledakan kembang api warna-warni yang sedang menghiasi langit pekat komplek
perumahan mereka.
"Yeol..." Al masih ternganga. Ia tidak ingat ada
hari nasional yang sedang dirayakan.
"Tidak usah takjub begitu, hahaha. Tutup mulutmu, Al.
Kau seperti orang bodoh yang tak pernah melihat kembang api." Al langsung
tersadar dan mendengus kasar. Ia bisa melihat Chanyeol yang sedang terkikik di
halaman depan rumahnya.
"Apa yang kau tertawakan, telinga besar?"
"Hahaha, bagaimana? Indah kan?" Alih-alih menjawab
pertanyaan Al, Chanyeol malah meminta pendapat gadis dengan piyama ungu itu.
"Iya. Sangat. Tapi ini perayaan apa? Bukan hari
kemerdekaan, kan?" tanya Al.
"Tentu saja bukan, bodoh."
"Kau mengataiku bodoh tapi selalu menyontek pr dariku,
sebenarnya siapa yang lebih bodoh?"
"Hei, Al."
"Apa?"
"Kau tadi tanya ini perayaan apa, kan?"
"Iya. Memangnya perayaan apa?"
"Selamat ulang tahun, Al."
-FIN-
0 komentar:
Posting Komentar