An Angel?
Written by Cheery
(EXO's Suho) Kim Junmyeon, (OC) Jisoo ; G ; School life
Kaki-kaki mungil miliknya mulai memasuki gerbang sekolah
dengan langkah riang. Gadis manis dengan potongan rambut bob dan botol minum
yang terkalung di leher itu menyongsong paginya dengan semangat. Lengkung
senyuman terlihat jelas terpatri pada bibirnya, menampakkan lesung pipi samar
di pipi tembamnya.
Jisoo-gadis cilik itu- melangkah tanpa ragu menuju kelasnya. Sekolahnya nampak begitu
sepi, oh sepertinya ia datang terlalu pagi. Tapi tak apa, daripada datang
terlambat dan disoraki seluruh teman sekelas.
Melepas kalungan botol minum pada lehernya, Jisoo meletakkan
botol itu pada meja dimana biasanya murid-murid kelasnya mengumpulkan botol
minum masing-masing. Ia senang, ibunya membawakan teh hangat pagi ini untuknya.
Belum ada lima detik botol warna pink itu berdiam pada tempatnya,
sebuah tangan menyambarnya, "Hei, Jisoo! Ini botol minummu ya?" tanya
bocah lelaki sebayanya sambil membawa botol Jisoo menjauh.
"Ya!
Kembalikan! Itu milikku!" pekik Jisoo kesal. Oh ayolah, itu teh favorit
Jisoo buatan ibunya. Jangan sampai terjadi apa-apa.
"Ayo kejar aku kalau bisa! Hahaha" bocah ini
benar-benar jahil. Ia berlari menjauhi Jisoo.
"Jaehoon, kembalikan!" Jisoo berusaha mengejar
Jaehoon, namun cukup sulit mengingat kaki Jisoo lebih pendek.
"Tidak mau! Ambil saja sendiri," Jaehoon semakin
berlari kencang menghindari Jisoo. Tapi sepertinya bocah ini tak terlalu
memperhatikan jalan. Hei, Nak, lima meter di depanmu ada sebuah batu yang cukup
besar, berhati-hatilah.
"Jaehoon!!"
Dug!
Ups, aku sudah
memberitahumu, 'kan? Beruntungnya Jaehoon masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya
sehingga ia tak terjerembab jatuh ke tanah. Namun dewi fortuna seperti tak
berpihak pada Jisoo pagi ini. Botol minum miliknya yang dibawa Jaehoon terjatuh
dan teh buatan ibunya tumpah. Tak bersisa sedikit pun.
"Tehku.." Jisoo menatap nanar pada botol minumnya
yang sudah kosong.
"Jisoo-ya,
a-aku ti-tidak sengaja," ucap Jaehoon gugup, ia benar-benar tidak sengaja
menjatuhkan botol minum Jisoo.
"Jaehoon!!" Jisoo berteriak murka pada Jaehoon, rasanya
ingin menangis saking kesalnya.
"Jisoo, aku minta maaf."
"Ada apa ini?" Jisoo sudah mulai menangis ketika datang
suara menginterupsi mereka berdua. Badannya lebih tinggi, mungkin usianya
beberapa tahun di atas mereka.
"Seonbae, aku
benar-benar tidak sengaja. Jisoo-ya, mianhae," ucap Jaehoon merasa bersalah.
Siswa lekaki yang bertubuh paling tinggi diantara mereka itu
menghela napas berat, melirik name tag dua hoobae-nya ini sekilas,
"Sudahlah, Jaehoon, kau kembali ke kelas saja. Biar aku yang mengurusnya."
"Baik, Seonbae."
Setelah Jaehoon berjalan cukup jauh, senior ber-name tag
Kim Junmyeon itu mendekat pada Jisoo. "Hei, sudah. Jangan menangis
lagi," ucapnya lembut.
"Itu teh buatan ibuku, Seonbae," kata Jisoo sesenggukan.
"Kau ingin minum teh?" tanya Junmyeon, Jisoo hanya
mengangguk sambil mengusap air matanya. "Kalau begitu, ayo ikut aku ke
kantin."
Di kantin, Junmyeon meminta tolong salah satu pemilik kantin
untuk membersihkan botol minum Jisoo dan mengisinya dengan teh yang baru. Jisoo
menerimanya dan mengucapkan terima kasih dengan suara kecilnya.
"Seonbae,
uangku di tas. Aku akan mengambilnya dulu," Jisoo ingat ia sempat
meletakkan tasnya sebelum mengejar Jaehoon tadi.
"Eh? Untuk apa?"
"Tentu saja untuk membayar teh hangatnya."
"Sudah kubayar."
"Kalau begitu, apa Seonbae
mau ikut denganku mengambil uang? Kalau tidak, aku akan mengantarnya pada Seonbae. Seonbae di kelas apa?"
Junmyeon terkikik, "Tidak usah, sekarang minum saja
tehnya."
"Tapi, kata eomma,
kalau pinjam uang harus dikembalikan."
"Karena Jisoo anak baik, anggap saja ini sebagai hadiah
dariku. Ayo kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk."
Sebenarnya Jisoo masih bingung, dari mana seonbae itu mengetahui namanya dan
kenapa ia bisa bilang kalau Jisoo anak yang baik. Tapi toh ia menurut saja dan beranjak
menuju ke kelas.
Sesampainya di kelas, Jisoo mengucapkan terima kasih sekali
lagi pada Junmyeon sambil membungkuk hormat. Junmyeon mengangguk lalu memamerkan
senyum angelic-nya.
Sejenak Jisoo berpikir..
Apa ia seorang malaikat? Ia
sangat baik dan memiliki senyum sehangat sinar mentari pukul tujuh pagi.
-FIN-
Apa ini? Hahaha aku tau endingnya enggak banget dan yea,
maksa. Tapi ya gimana, lagi pengen nulis dan ide nggak dateng2, akhirnya nulis
pengalaman pribadi deh.. aku mau terimakasih untuk senpai yang tak kusebut
namanya yang dulu pernah nolongin aku kayak Junmyeon nolongin Jisoo. Makasih
banyak ya, Kak ^^
Seonbae : Senior
Mianhae : Maaf
Eomma : Mama
0 komentar:
Posting Komentar